Jumat, 12 Oktober 2018

Dokter hewan Australia – Tantangan Global

Kita dapat belajar banyak dari membaca tulisan Mark Schipp (Chief Veterinary Officer Australia) yang menggambarkan secara baik peran dokter hewan pemerintah di Australia. Tulisannya kemudian saya terjemahkan secara utuh dari judul aslinya “Australian Veterinarians – global challenges”.
Artikel ini mendiskusikan berbagai hal yang diperankan oleh dokter hewan pemerintah baik di Australia sendiri maupun di tingkat global. Tulisan ini disampaikan dalam suatu plenary session pada National Australian Veterinary Association Annual Conference dan kemudian dimuat dalam Australian Veterinary Journal Volume 96 No. 1-2, January/February 2018.

Dr. Mark Schipp (CVO Australia)
Dr. Schipp membahas tentang peran dokter hewan pemerintah, kinerja Kesehatan Hewan Nasional, One Health, pentingnya satwa liar, Anthropocene, Emerging infectious disease (EID), kesehatan hewan dan perdagangan, emerging diseases dan respon darurat, dan terakhir resistensi antimikroba (AMR).
Tulisannya agak panjang tetapi saya merasakan manfaatnya, mudah-mudahan juga bermanfaat bagi teman-teman sejawat semua. Selamat membaca!

Dokter hewan Australia – Tantangan Global
Oleh: Mark Schipp
Peran dokter hewan di masyarakat sebenarnya mudah untuk didefinisikan. Dokter hewan peduli dengan kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan hewan-hewan peliharaan dan hewan-hewan produksi, dan juga berperan di perguruan tinggi dan industri. Dokter hewan di pedesaan dan wilayah-wilayah regional di Australia memastikan keamanan pangan yang kita makan dan yang kita ekspor, dan memperhatikan biosekuriti di seluruh wilayah negara dengan membantu mengidentifikasi dan merespon wabah penyakit hewan serius.
Dua pertiga rumah tangga di Australia sekarang ini menjadikan hewan pendamping dan hewan peliharaan sebagai anggota keluarga mereka yang penting. Ada bukti signifikan yang menunjukkan bahwa pemilik hewan peliharaan memperoleh keuntungan dari kesehatan dan kenyamanan baik secara individual maupun secara komunitas.
Mengingat hubungan antara hewan dan manusia telah berkembang sedemikian rupa, peran dokter hewan menjadi semakin matang dari yang dulu hanya sekedar sebagai ‘dokter kuda’ yang melayani kliennya, sampai pada situasi dimana dokter hewan menawarkan prosedur bedah dan medik yang sama yang digunakan untuk anggota keluarga lainnya.
Kita semua mempuyai imej tradisional di benak kita mengenai peran dokter hewan: dokter hewan praktisi hewan kecil di pinggiran kota, dokter hewan yang berani dan perkasa menjalankan praktik campuran di pedesaan (bagi mereka yang sudah cukup tua untuk mengingat, imej ini diinformasikan oleh media kita di Australia sampai saat ini – bisa diperoleh dari buku-buku James Herriot dan serial-serial televisi).
Satu bidang praktisi dokter hewan yang seringkali kurang diperhatikan adalah pelayanan pemerintah – apa yang sebenarnya dilakukan oleh dokter hewan pemerintah?

Dokter Hewan Pemerintah
Saya telah menjadi seorang dokter hewan pemerintah sejak saya lulus dari Murdoch University pada tahun 1989. Saya awalnya bekerja di Department of Agriculture of Western Australia dan kemudian untuk Pemerintah Federal Australia.
Sir Walter Murdoch, seorang pengarang esei Australia yang terkemuka dan mantan kanselir dari University of Western Australia, pernah suatu kali menyampaikan ketidak-mampuannya untuk melanjutkan studi kedokteran dengan mengatakan: ‘Bisa saja ada orang yang hidup saat ini, yang mungkin tidak bisa hidup jika saya yang menjadi dokternya”.
Saya fikir hal yang sama bisa dikatakan mengenai saya, mengapa saya tidak masuk ke praktik klinik – bisa saja ada hewan yang hidup saat ini, yang mungkin tidak bisa hidup jika saya yang menjadi dokter hewannya!
Sebagai dokter hewan pemerintah, saya bekerja untuk mencegah, memberantas dan mengelola penyakit-penyakit hewan di Australia dan di luar negeri. Hal ini mencakup juga memonitor dan merencanakan kejadian-kejadian penyakit hewan eksotik, dan memimpin respon darurat wabah penyakit hewan dan pelatihan simulasi.
Bagian lain dari pekerjaan saya yang sangat menantang adalah membantu memperbaiki Kesehatan Hewan Nasional (veterinary services) di negara-negara berkembang. Dan juga memimpin manajemen komite Satwa Liar Australia, karena monitoring satwa liar untuk penyakit-penyakit hewan eksotik dan baru muncul (emerging) adalah suatu alat peringatan dini yang penting.
Sebagai tambahan, saya bertindak sebagai delegasi Australia ke World Organisation for Animal Health (OIE) dimana saya mensupervisi pengembangan aturan-aturan internasional untuk perdagangan ternak dan produk ternak. Hal ini selaras dengan pekerjaan utama saya dalam mengembangkan kebijakan dan advis kesehatan dan kesejahteraan hewan yang berbasis ilmiah.
Sebagai seorang dokter hewan pemerintah, saya mendukung perdagangan, industri dan ekonomi Australia melalui sertifikasi ekspor, penilaian risiko impor, mengelola pangan impor dan memenuhi persyaratan surveilans dan pelaporan penyakit internasional. Dokter hewan pemerintah memainkan peran yang penting dalam perdagangan dan ekonomi Australia.
Sebagai suatu negara, Australia mengekspor lebih dari setengah produk-produk peternakannya ke luar negeri dan kemampuan masuk pasar luar negeri sangat bergantung sekali pada kontrol, inspeksi dan persetujuan ekspor yang dilakukan oleh dokter hewan pemerintah.
Suatu keuntungan yang sangat signifikan bagi para peternak Australia dicapai dengan kemampuan mengakses pasar luar negeri dan saya menegosiasikan akses pasar untuk industri pertanian, industri farmasetikal dan industri jasa. Saya beruntung dapat mewakili Australia di luar negeri sebagai Konselor Pertanian di Korea Selatan dan kemudian setelah itu di China.
Sedikitpun saya tidak membayangkan pada waktu saya masih menjadi seorang mahasiswa kedokteran hewan, bahwa di kemudian hari saya memberikan pengarahan di depan Perdana Menteri, Kepala Kabinet dan Menteri-menteri mengenai protokol hortikultura dan kesehatan hewan.
Dokter hewan pemerintah lainnya menyediakan pelatihan respon darurat penyakit, bekerja di industri peternakan atau melindungi kesehatan masyarakat sebagai akibat dari penyakit-penyakit zoonosis dan penyalahgunaan obat veteriner. Sejumlah dokter hewan pemerintah lainnya melakukan penelitian dan pengembangan.
Peter Doherty, sebagai pemenang hadiah Nobel dari Australia, yang juga pernah menjadi seorang dokter hewan pemerintah, pernah mengatakan begini, “Jangan pernah meremehkan ‘sains’ yang terkandung dalam ‘veteriner’”.

Kinerja Kesehatan Hewan Nasional
Dalam 20 tahun terakhir, kita melihat proses rasionalisasi yang terjadi di pemerintahan dan suatu pengurangan investasi secara progresif di Australia. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan finansial dan sekaligus persepsi bahwa bidang Kesehatan Hewan tidak memberikan keuntungan kepada masyarakat yang lebih luas dan oleh karenanya lebih baik disediakan secara komersial daripada dianggap sebagai barang publik (public good).
Sayangnya, pengurangan investasi oleh pemerintah tersebut tidak dapat dipenuhi oleh sektor swasta. Sebagai konsekuensinya, kemampuan Australia untuk mendeteksi dan merespon situasi darurat akibat munculnya penyakit hewan dan penyakit infeksius yang baru muncul mulai menyusut secara progresif.
Hal lain yang juga penting adalah dengan semakin sedikitnya dokter hewan yang ada di lapangan, berarti penyakit-penyakit hewan harus ditangani oleh dokter-dokter hewan swasta atau oleh peternak sendiri. Teknologi baru, sistim sensoris dan analitik yang inovatif memang bisa membantu, akan tetapi pengembangannya hanya sejauh seperti yang terlihat saat ini.
Suatu penilaian terhadap Kesehatan Hewan Australia dilakukan baru-baru ini oleh OIE. Penilaian dengan alat “Performance of Veterinary Services” (PVS) yang menggunakan standar-standar veteriner global dan bagaimana performans setiap negara dinilai terhadap standar-standar tersebut.
Australia telah menggunakan alat ini selama beberapa tahun apabila melakukan penilaian terhadap negara-negara yang berupaya untuk mengekspor komoditi baru ke Australia. Penilaian PVS tahun 2015 memperlihatkan bahwa performans Australia sangat baik sekali, tentunya seperti yang kita harapkan bersama, karena ada sistim veteriner yang matang dan koheren di Australia, meskipun terdesentralisasi melalui sistim federal.
Langkah berikutnya adalah menggunakan alat PVS ini di tingkat negara bagian dan territori untuk menilai kesiapsiagaan biosekuriti. Dalam kejadian suatu penyakit eksotik, kami telah memiliki rencana-rencana aksi yang sangat baik yang secara regular kami latih. Meskipun demikian, rencana-rencana ini tergantung dari surveilans yang efektif untuk mendeteksi kejadian dan sumberdaya yang memadai untuk mendukung suatu respon yang komprehensif.
Dalam hal ini dokter hewan bertindak sebagai 'jantung' dari surveilans, dan sebagai 'mata' dalam deteksi pertama dari suatu penyakit hewan eksotik untuk memungkinkan suatu respon yang cepat dan efektif.

One Health
Banyak tantangan yang saya deskripikan di sini – baik tantangan di negara kami Australia, di wilayah regional atau global – yang hanya bisa diatasi lewat dokter hewan dan pendidikan kedokteran hewan. Oleh karenanya menjadi esensial bagi kami untuk mempunyai jumlah dokter hewan yang tepat, dengan ketrampilan yang benar, dan di tempat yang benar.
Perubahan-perubahan terhadap lingkungan yang ditempa secara langsung oleh manusia, atau secara tidak langsung lewat perubahan iklim, mau tidak mau menimbulkan perubahan dinamika penyakit.
Sebagai respon, kerjasama lintas disiplin berkembang di antara ahli-ahli lingkungan, kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat (suatu pendekatan yang disebut One Health). Kerjasama lintas disiplin ini akan menjadi lebih penting apabila kita menghadapi munculnya masalah-masalah dunia yang sulit atau tidak mungkin diatasi.
Setiap dokter hewan memiliki peran dalam mendorong kerjasama mengingat ada kebutuhan yang mendesak untuk menghubungkan (atau mungkin ‘menghubungkan kembali’) bidang kesehatan manusia dan kesehatan hewan. Pengembangan yang terpisah antara disiplin kedokteran dan kedokteran hewan yang terjadi sepanjang sejarah dan berlangsung di hampir seluruh universitas gagal untuk mengakui adanya banyaknya persamaan antara mamalia yang paling sederhana sekalipun dengan kita sebagai manusia – dan kita juga berbagi genom sampai berbagi patogen dan penyakit.
Profesi dokter hewan dan dokter mempunyai banyak kesamaan. Penyakit dan sindroma yang sama memerlukan pengobatan yang sama, begitu juga manusia dan hewan membagi patogen dari lingkungan yang sama. Jika kita mengenali bahwa mayoritas penyakit-penyakit infeksius pada manusia berasal dari hewan dan penyakit-penyakit non-infeksius memiliki hospes hewan yang sama, kita harus berfikir tentang perlunya integrasi yang lebih erat dengan memanfaatkan setiap peluang kerjasama antara pendidikan sarjana dan pasca sarjana.
Ada suatu kebutuhan untuk memperkuat kerjasama antara sektor manusia, hewan dan lingkungan dan memperluasnya ke negara-negara berkembang. Juga dengan menekankan kebutuhan untuk mengembangkan keahlian di bidang-bidang lintas disiplin, seperti kesehatan masyarakat, epidemiologi dan manajemen terintegrasi untuk penyakit-penyakit infeksius yang baru muncul (emerging), zoonosis dan resistensi antimikroba. Kesemua disiplin dari ilmu veteriner, ilmu kedokteran, ilmu lingkungan dan pertanian harus dipadukan dalam upaya melengkapi perangkat yang diperlukan bagi tenaga-tenaga ahli dalam menangani tantangan global.
Suatu angkatan kerja yang berpendidikan baik adalah kunci dalam menyediakan penilaian risiko (risk assessment) berbasis ilmiah, pelaporan penyakit yang kredibel dan pelayanan kesehatan hewan yang efektif.
Kualitas pendidikan kedokteran hewan di banyak negara saat ini belum dikatakan sama rata dan ini bisa menimbulkan risiko bagi siapapun. Satu solusi yang mungkin difikirkan adalah melakukan ‘kembaran penddiikan kedokteran hewan (veterinary education twinning), dimana perguruan tinggi kedokteran hewan di negara-negara maju berpasangan dengan perguruan tinggi kedokteran hewan di negara-negara berkembang dengan maksud untuk meningkatkan kapasitas institusional dan keahlian.
Suatu contoh yang sudah dilakukan adalah pelaksanaan ‘kembaran’ (twinning) antara University of Queensland dengan Nong Lam University di Vietnam. Pengaturan kembaran ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan, staf, mahasiswa, ide-ide dan pengalaman antara kedua perguruan tinggi tersebut, yang bisa memberikan efek berkelanjutan melalui perbaikan kurikulum.

Pentingnya Satwa Liar
Kesehatan satwa liar terletak di persimpangan One Health, tetapi sesuatu yang jarang terfikirkan. Manusia menciptakan secara ekologi suatu lanskap sederhana yang cocok untuk spesies satwa liar tertentu. Spesies ‘synanthropic’ ini umumnya memiliki risiko konservasi rendah dan 15 kali lebih mudah menjadi hospes zoonotik, penyakit-penyakit infeksius yang baru muncul dan muncul kembali (emerging and re-emerging infectious diseases).
Mengingat spesies satwa liar ini berada dalam jumlah yang semakin besar, maka ada peluang fisik yang lebih besar untuk terjadinya pendedahan manusia dan ternak. Sebagai akibatnya, amplifikasi patogen dan peralihan hospes semakin terfasilitasi. Ini menunjukkan adanya suatu hubungan antara konservasi lahan, penurunan biodiversitas global dan kenaikan penyakit-penyakit infeksius yang baru muncul (emerging) yang bersumber dari satwa liar.
Banyak penyakit yang mengancam kesehatan manusia dan kesehatan hewan telah (dan akan) muncul pertama kali pada populasi satwa liar. SARS, Ebola, Nipah, Hendra, rabies, influenza – kesemuanya dapat mengakibatkan korban jiwa manusia dan menimbulkan gangguan terhadap produksi hewan.
Perusakan-perusakan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan alam berarti juga menyebabkan hilangnya habitat secara masal untuk satwa liar, membuat wabah penyakit pada satwa liar menjadi lebih biasa terjadi begitu habitat menyusut dan populasi menjadi kurang stabil, sehingga mereka kehilangan daya tahan. Kelelawar merupakan contoh yang paling baik dari gambaran tersebut.
Kelelawar pernah menjadi spesies mamalia yang populasinya paling berlebihan di wlayah timur laut Amerika. Namun demikian, sejak kemunculan sindroma hidung putih (white nose syndrome) (suatu infeksi jamur yang diintroduksi dari Eropa), jumlah kelelawar menurun hampir 80%. Penurunan ini perlu diperhitungkan secara serius karena kelelawar merupakan salah satu predator utama insek dan tanpa mereka akan lebih banyak insek mengadakan kontak dengan manusia, hewan dan tanaman pangan, dan pada gilirannya memfasilitasi penyebaran penyakit.
Di wilayah beriklim sedang, kelelawar merupakan konsumen primer insek dan suatu analisis ekonomi yang dibuat baru-baru ini menyatakan bahwa pengurangan jumlah insek oleh kelelawar memberikan nilai keuntungan bagi pertanian Amerika Serikat yang berkisar antara 4 dan 50 miliar dolar per tahun. Pada kenyataannya sangat tidak mungkin populasi kelelawar bakal pulih secara cepat.
Avian influenza adalah contoh lainnya. Ratusan juta unggas telah dimusnahkan dalam beberapa tahun terakhir untuk mencoba menghentikan penyebaran avian influenza pada flok-flok unggas yang bersumber dari burung-burung migran liar di Eropa dan Amerika Utara. Di Australia sendiri, kami telah mengambil sampel ribuan burung-burung liar setiap tahun untuk diperiksa terhadap avian influenza sehingga industri unggas kami dapat diperingatkan terlebih dahulu mengenai kemungkinan adanya strain-strain avian influenza yang bersirkulasi.
Tentu saja, virus-virus influenza sangat tidak stabil; virus-virus tersebut sangat mudah bermutasi. Apa yang disebut sebagai avian influenza sekarang ini adalah avian influenza yang dapat berkombinasi dengan influenza pada babi dan kemudian pindah ke mamalia lainnya seperti anjing, kuda dan manusia. Jadi surveilans kesehatan satwa liar adalah penting tetapi seringkali terabaikan. Di Australia kami memiliki suatu jejaring nasional yang menyatukan para penjaga satwa liar, klinik veteriner, kebun binatang dan pemerintah untuk membentuk gambaran nasional tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan satwa liar di negara kami.

Anthropocene
Kepentingan sektor-sektor untuk bersatu dengan pendekatan One Health tidak pernah lebih besar seperti yang terjadi saat ini. Pada tahun 2050, akan ada 70% atau 2,3 miliar lebih banyak orang di bumi dan ada kebutuhan 60-70% lebih banyak pangan dari yang tersedia saat ini.
Di saat yang sama, dunia menjadi semakin kaya. Lebih dari 1 miliar orang di Asia saja diharapkan keluar dari kemiskinan dengan naiknya rata-rata pendapatan. Dengan demikian akan terjadi transisi diet yang cepat. Pertambahan konsumen kaya di negara-negara berkembang akan memicu permintaan bukan hanya untuk lebih banyak pangan dan diversifikasi pangan yang lebih besar, tetapi juga pangan yang aman, beragam dan hijau (green food). Untuk memenuhi permintaan ini, diperlukan bentuk-bentuk pertanian yang lebih intensif dan berkelanjutan.
Manusia memiliki efek yang tidak tertandingi terhadap lingkungan (iklim, geologi dan lautan, juga terhadap setiap spesies hidup), yang di era ini diistilahkan dengan ‘Anthropocene’ atau kepunahan ke-enam (sixth extinction). Manusia adalah spesies yang mendorong terjadinya kepunahan dengan tingkat lebih dari 100 kali seperti yang diamati dalam rekaman fosil. Besaran populasi dari spesies vertebrata rata-rata tinggal separuh dalam 45 tahun terakhir. Sedangkan, populasi manusia naik empat kali lipat dalam 300 tahun terakhir. Tetapi efek manusia tidak terbatas pada pertumbuhan yang luar biasa ini; tetapi juga diperparah dengan biaya-biaya lingkungan yang majemuk dari setiap tambahan orang ke dalam populasi.
Skala perubahan yang disebabkan oleh manusia terhadap alam sulit untuk dilebih-lebihkan. Sejak tahun 2000, manusia telah memangkas lebih dari 2,3 juta kilometer persegi hutan primer. Hampir 90% dari hasil budidaya perikanan dipanen pada atau di atas batas maksimum berkelanjutan. Untuk pemenuhan ambisi terhadap energi dan kendali sumberdaya air, manusia telah membendung lebih dari 60% sungai-sungai di dunia.

Emerging infectious diseases (EID)
Meskipun kita mengetahui bahwa penyakit disebabkan oleh interaksi antara lingkungan, hospes dan patogen, tetapi kita cenderung untuk meremehkan pengaruh lingkungan terhadap interaksi ini.
Pada tahun 1998, lebih dari 1 juta ekor babi dimusnahkan di Malaysia, suatu industri yang kemudian bangkrut (dengan kerugian US$617 juta) dan Australia memperoleh akses terhadap pasar Singapura untuk daging babi segar dingin (fresh chilled). Alasannya adalah karena virus Nipah, akan tetapi pertanyaannya adalah mengapa virus tersebut muncul waktu itu?
Praktik-praktik budidaya ternak di Malaysia telah berubah, dimana terdapat lebih banyak ternak babi di satu wilayah dan ternak-ternak tersebut hidup di antara pohon-pohon buah yang diberi pupuk menggunakan kotoran babi. Jadi suatu populasi kelelawar buah yang membawa virus melakukan kontak setiap hari dengan babi, anjing dan peternak babi. Virus tersebut menyebabkan penyakit yang relatif ringan untuk babi, tetapi dilaporkan hampir 300 kasus manusia dan lebih dari 100 kematian telah terjadi. Perubahan lingkungan memungkinkan infeksi virus bertahan dan menyebar.
Separuh dari penyakit-penyakit infeksius baru muncul secara global (global emerging infectious disease) yang sifatnya zoonotik yang terjadi antara tahun 1940 dan 2005 diperkirakan dihasilkan akibat perubahan penggunaan lahan, dan perubahan dari praktik-praktik produksi pertanian dan pangan.
Ada banyak contoh yang tidak terhitung dari tipe perubahan lingkungan yang memicu munculnya penyakit, penyakit-penyakit yang melimpah keluar (spilling over) dari satwa liar ke manusia atau hewan yang didomestikasi melalui perusakan terhadap lingkungan atau perubahan lingkungan alam. Untuk itu, diperlukan suatu perbaikan pemahaman mengenai mekanisme penyebab dan ekologi penyakit-penyakit pada manusia. Namun saat ini, tidak cukup prediksi kekuasaan yang ada untuk secara akurat membuat model keluaran penyakit-penyakit pada manusia yang dihasilkan dari perubahan lingkungan.

Kesehatan Hewan dan Perdagangan Internasional
Tekanan globalisasi terhadap perdagangan dan pariwisata akan terus berlanjut dengan membawa risiko-risiko baru. Dalam keingintahuan kami untuk melihat diri kami sendiri sebagai bangsa pengekspor, kadang-kadang kami lupa bahwa Australia adalah juga suatu bangsa pengimpor, dan dengan impor, apakah itu orang, hewan, kargo atau pangan, selalu disertai dengan risiko-risiko yang mungkin saja mengancam status biosekuriti negara kami yang bernilai tinggi.
Saat ini, patogen ditransportasikan ke seluruh dunia lebih cepat dari rata-rata masa inkubasi sebagian besar penyakit. Pergerakan internasional dari komoditi dan orang belum pernah terjadi seperti sebelumnya, dan difasilitasi oleh perubahan iklim, digunakan oleh patogen untuk mengkolonisasi hospes dan teritori baru. Tidak ada satu tempatpun di dunia yang kita bisa dipisahkan dan tidak seorangpun dari kita yang tidak bisa terhubung.
Sebagai Chief Veterinary Officer (CVO) Australia, saya beruntung untuk mewakili Australia di OIE. OIE menentukan standar-standar kesehatan dan kesejahteraan hewan yang digunakan dalam perdagangan internasional dan untuk diadopsi oleh negara-negara secara langsung dalam legislasi dan standar-standar mereka sendiri. Sangat penting bagi Australia untuk aktif dalam forum ini karena standar-standar yang terlalu lemah akan mengancam biosekuriti kami dan standar-standar yang terlalu preskriptif akan menyebabkan timbulnya biaya tambahan bagi para produsen dan eksportir kami.
Untuk itu, kami berupaya untuk mempunyai pengaruh di tingkat yang berbeda-beda dengan cara: (1) menyediakan tenaga ahli yang mengembangkan dan mengusulkan standar-standar internasional, (2) mengomentari standar-standar tersebut, dan (3) mempengaruhi arah stratejik dari organisasi. Kami juga bekerjasama dengan OIE untuk memperkuat biosekuriti dan surveilans kesehatan hewan di wilayah regional kami sendiri.
Surveilans telah berhasil mencegah munculnya strain virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di negara kami, yang diintroduksi melalui lalu lintas ternak dan produk hewan. Strain-strain baru ini tidak selalu mampu diatasi dengan vaksin-vaksin yang tersedia. Secara nyata, strain-strain ini mengancam negara-negara di wilayah regional kami yang bebas PMK dan bertindak sebagai penyangga (buffer) bagi Australia.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa vaksin-vaksin yang tersedia tidak selalu efektif, mengingat vaksin yang murah tidak berarti efektif. Disamping itu, di sejumlah negara PMK bukanlah menjadi prioritas seperti seharusnya yang kami fikirkan, karena negara-negara tersebut mempunyai tekanan yang lebih besar terkait isu-isu kesehatan hewan dan kesehatan manusia, termasuk ketahanan pangan dasar.
Surveilans juga sangat penting bagi negara kami sendiri. Surveilans mendukung kemampuan kami dalam mensertifikasi ekspor ternak dan produk ternak. Mengingat bahwa negara-negara di dunia tidak lagi berkeinginan untuk menerima asuransi lisan yang menyatakan bahwa kami bebas dari penyakit-penyakit tertentu yang mendapatkan perhatian dalam perdagangan internasional, oleh karena itu kami harus secara aktif untuk membuktikannya.
Surveilans juga mengurangi waktu yang diperlukan untuk merespon suatu kejadian penyakit eksotik. Modeling yang dilakukan mengikuti laporan yang dibuat oleh Matthews, menghitung waktu yang dibutuhkan mulai dari deteksi suatu wabah potensial PMK sampai pelaporan ke otoritas veteriner di Australia. Laporan tersebut menemukan bahwa waktu untuk itu berlangsung sangat lama (dan kemampuan deteksi kejadian pertama begitu rendah), sehingga membutuhkan waktu 6 minggu antara waktu ditemukannya kasus awal dan pelaporan ke CVO. Selama waktu tersebut, mungkin saja sebanyak 50 peternakan telah terinfeksi PMK. Ini merupakan prospek yang sangat menakutkan terutama apabila andalah CVOnya atau anda merupakan satu dari banyak peternak Australia yang bergantung pada pasar ekspor untuk pendapatan ekonominya.
Australia mengekspor dua-pertiga dari produk ternaknya dan dalam suatu kejadian PMK, seluruh pasar ekspor untuk daging, produk daging, susu, wol, bahan genetik dan ternak hidup akan hilang dan diperlukan bertahun-tahun untuk pulih kembali. Produk-produk tersebut akan mengalir kembali ke pasar domestik, yang mungkin saja tidak dapat menyerapnya. Untuk itu memang diharapkan konsumen Australia untuk mengurangi konsumsi selama terjadi suatu wabah penyakit hewan berskala besar (terlepas apakah kami menggunakan vaksinasi atau penyembelihan dan destruksi berskala besar).
Setiap wabah penyakit skala besar seperti itu membutuhkan suatu respon yang secara proporsional lebih besar, bukan hanya untuk menangani peternakan-peternakan yang terinfeksi, tetapi juga untuk mensurvei ribuan peternakan-peternakan lainnya yang berkaitan dengan wabah melalui kedekatan lokasi, kepemilikan, transpor atau penjualan.
Efek terhadap masyarakat pedesaan akan sangat parah dan diperlukan beberapa dasawarsa untuk pulih kembali (jika mereka dapat pulih seutuhnya), seperti yang kita lihat dari pengalaman wabah PMK di Inggris. Ini adalah semacam skenario yang membuat kami selalu terjaga di malam hari.

Emerging diseases dan respon darurat
Biaya-biaya penyakit-penyakit infeksius yang baru muncul (emerging) bisa berjumlah sangat besar. Virus West Nile yang muncul di Amerika Serikat pada permulaan abad ini dengan 30.000 kasus manusia dan lebih dari 1000 kasus fatal; menelan biaya sebesar US$ 400 juta. World Bank memperkirakan bahwa suatu pandemi avian influenza yang tidak begitu dahsyat dapat menimbulkan beban biaya ekonomi dunia hampir sebesar US$ 2 triliun. SARS, seperti respon yang saya alami sendiri di China, menimbulkan biaya US$ 40 miliar. Penyakit-penyakit ini muncul dari hewan, sehingga dokter hewan harus menjadi bagian dari solusi yang diperlukan.
Dalam waktu 6 bulan terakhir, kami telah merespon kejadian penyakit ‘bintik putih’ (white spot) pada udang, respon penyakit hewan aquatik terbesar yang pernah kami lakukan dan tentu saja respon terbesar yang saya tangani dalam masa 6 tahun saya sebagai CVO Australia. Penyakit bintik putih telah menghancurkan budidaya udang di setiap negara di dunia yang mengalaminya, mendesak peternak udang untuk berpindah ke produk lain atau sistim lain.
Respon tersebut memerlukan tindakan depopulasi dan upaya penghentian operasi dari tujuh peternakan di sepanjang Sungai Logan di wilayah tenggara Queensland sedikitnya selama 12 bulan. Lebih dari 3 juta liter chlorine telah digunakan untuk membunuh dan mendisinfeksi 178 kolam.
Dalam kerja surveilans kami di wilayah regional, kami menemukan bahwa virus udang ‘white spot’ terindikasi ada di Sungai Logan dan Teluk Moreton. Kami berharap virus ini tidak akan berkembang di tempat-tempat itu, satu tahun atau lebih untuk menentukan hal ini dan kami telah memulai surveilans nasional untuk menentukan situasi secara menyeluruh di Australia, baik di peternakan dan di populasi udang liar.

Resistensi antimikroba
Seperti kita ketahui bersama, hewan dan manusia berbagi biologi yang sama dan patogen yang sama, dan bisa saya katakan bahwa ancaman yang paling signifikan dari hubungan yang sangat dekat ini adalah peningkatan resistensi antimikroba (antimicrobial resistance = AMR).
Sejak ditemukannya penicillin 80 tahun yang lalu, setiap ragam antibiotik baru yang masuk ke pasar diikuti secara cepat dengan kenaikan resistensi terhadap antibiotik tersebut di dalam bakteri yang kita coba bunuh atau kendalikan.
Perubahan evolusioner dari bagian bakteri tersebut untuk bertahan mungkin saja dapat mengancam daya tahan kita, atau paling tidak mempengaruhi kemampuan kita dalam melakukan operasi bedah rutin atau dalam mengobati infeksi umum.
World Health Organization (WHO) telah memperingatkan bahwa kita akan menuju ke ‘era pasca antibiotik’ (post-antibiotic era). Tahun lalu, AMR telah didiskusikan dalam suatu seri forum internasional yang puncaknya dilangsungkan di Majelis Umum PBB (UN General Assembly) dan tidak seringkali suatu isu kesehatan dapat mencapai Majelis Umum PBB.
Meskipun demikian, AMR dianggap bukanlah suatu fenomena baru. Alexander Fleming telah dianugerahkan penghargaan Nobel (Nobel Prize) untuk penemuannya berupa penicillin dan dalam pidato penganugerahannya 70 tahun yang lalu, dia telah memperingatkan bahaya penyalahgunaan antibiotik.
AMR adalah suatu khas masalah buruk dimana tidak ada aksi tunggal yang cukup memadai untuk mengatasinya dan setiap aksi mungkin saja mempunyai konsekuensi negatif yang tidak dapat dicegah bagi pemangku kepentingan lainnya. Ini berarti aksi yang terkoordinasi, kolaboratif, dan lintas sektor adalah esensial untuk dilakukan.
Faktor pemicu terjadinya AMR adalah multifaset dan saling terhubung, dan diperburuk oleh pertumbuhan populasi, mobilitas dan demografi. Hal ini termasuk: perilaku manusia dan aksi-aksi yang dilakukan di sektor-sektor kesehatan, pertanian dan lingkungan; penggunaan dan penyalahgunaan antimikroba; tata kelola yang tidak memadai; regulasi sekitar penggunaan antimikroba yang terfragmentasi; lemahnya kesadaran akan risiko AMR; dan lemahnya kapasitas untuk bertindak di antara begitu banyak pemangku kepentingan. Disamping itu, tidak seperti pemerintah dan institusi medis, AMR tidak mengenal batas geografis atau spesies.
Biologi dari pasien kita adalah sama, apakah mereka itu manusia atau hewan, artinya dokter hewan dan dokter perlu bekerjasama erat dalam hal ini. Dokter hewan perlu mendemonstrasikan bahwa mereka bukanlah penyebab masalah, tetapi bagian kritis dari solusi.
Saya mengatakan hal ini karena ada kritik yang ditujukan kepada peternak, sistim budidaya dan dokter hewan, oleh karena mayoritas antibiotik yang dimanufaktur digunakan di sektor pertanian di luar negeri. Meskipun demikian, dokter hewan Australia telah lama secara proaktif memerangi AMR dan sektor pertanian Australia adalah satu dari pengguna antimikroba terendah di dunia.
Industri feedlot Australia merupakan yang pertama di dunia dalam mengimplementasikan program pengawasan (stewardship program), dimana diupayakan untuk tidak mengeliminasi penggunaan antimikroba tetapi lebih kepada bagaimana menggunakannya secara tepat untuk memaksimalkan kesehatan dan kesejahteraan hewan sambil meminimalkan risiko-risiko terhadap kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, industri tersebut berupaya untuk menemukan keseimbangan yang bijak.
Tidak ada pengembalian finansial segera yang dapat diperoleh dari kerja semacam ini, akan tetapi terdapat peningkatan sinyal-sinyal pasar yang mengindikasikan bahwa para pengecer, prosesor dan konsumen lebih menginginkan produk-produk hewan yang dihasikan dari hewan yang dipelihara tanpa penggunaan rutin antimikroba yang penting secara medis.
Upaya-upaya pengurangan atau penghentian penggunaan antibiotik saja tidak akan cukup, terutama karena hal ini tidak pernah berhasil dilakukan seutuhnya. Sebaliknya, higiene dan biosekuriti di peternakan sangat diperlukan untuk mendukung kesehatan hewan, sehingga dapat mengurangi kebutuhan penggunaan antimikroba.
Bergantung kepada kelas antibiotik, sekitar 30-90% dosis terapi yang diekresikan secara esensial tidak berubah sehingga lepas ke lingkungan umum lewat aliran limbah. Aliran ini secara pasti menyebabkan satwa liar terdedah oleh AMR, sehingga sekarang ini kami memiliki satwa liar yang bertindak sebagai spesies indikator untuk kontaminasi AMR.
Australia telah mengadopsi satu dari pendekatan-pendekatan paling konservatif dalam penggunaan antibiotik di pertanian. Kami tidak mengizinkan kelas-kelas antibiotik tertentu dan dalam memberikan persetujuan terhadap suatu antibiotik tertentu maka potensi pengembangan untuk terjadinya AMR merupakan suatu pertimbangan sah yang kami lakukan.
Australia sangat konservatif dalam meregistrasi antibiotik untuk penggunaan dalam hewan pangan, terutama antibiotik-antibiotik yang penting bagi kesehatan manusia.
Secara global, penggunaan antibiotik di sektor pertanian meningkat sebagai respon terhadap permintaan akan protein hewani, baik untuk mendukung promosi pertumbuhan atau untuk pencegahan penyakit dan pengobatan. Di samping itu, dua pertiga dari tonase anitibiotik global digunakan di pertanian, itu sebabnya mengapa isu seperti ini menjadi fokus perhatian dari sejawat-sejawat kita di kesehatan manusia.
Meskipun demikian, hewan pedaging dan hewan perah sekarang ini menempati hampir 20% dari seluruh biomas hewan darat dan hewan-hewan harus dijaga kesehatannya untuk kesejahteraan mereka sendiri dan untuk keamanan pangan kami. Di samping itu, atribusi AMR yang terlihat pada populasi manusia sampai kepada penggunaan antibiotik di pertanian tidaklah berkaitan secara langsung. Sebagai contoh, Australia adalah satu dari pengguna antibiotik terendah di pertanian, tetapi satu dari pengguna tertinggi pada kedokteran manusia.
Walaupun demikian, jumlah antibiotik yang besar yang digunakan untuk mencegah penyakit atau untuk mempromosikan pertumbuhan menciptakan seleksi tekanan yang besar untuk munculnya resistensi mikroba-mkiroba. Secara global, dibangun suatu momentum yang besar untuk melarang penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (growth promotants) dan rangkaian rantai suplai pangan yang dimiliki oleh pemerintah dan komersial mampu membuat hal ini dapat dilakukan. Tetapi dorongan tentu tidak akan berhenti sampai disitu saja. Penggunaan profilaksis antibiotik di tingkat kelompok ternak mungkin akan segera menjadi tantangan berikutnya.
Pertumbuhan permintaan konsumen menimbulkan suatu peluang pasar untuk Australia. Tingkat penggunaan antibiotik di pertanian di Australia adalah yang terendah di dunia, dan hal ini dapat terjadi karena status kesehatan hewan kami yang sangat baik, sistim budidaya yang ekstensif dan sistim regulasi yang kuat.
Sistim identifikasi dan penelusuran (traceability) yang sangat baik yang dimiliki Australia, kemitraan yang baik antara industri dan pemerintah, dan sistim yang fleksibel dan responsif juga berkontribusi terhadap hal tersebut di atas.
Dengan introduksi sistim lebih lanjut, Australia dapat menjadi 'leader' dalam memproduksikan dan mensertifikasi pangan yang dihasilkan tanpa antibiotik (atau paling tidak, antibiotik yang penting untuk medis). Untuk melakukan hal ini, kami harus mampu untuk menjustifikasi klaim yang kami buat, dengan membuktikan bahwa kami memproduksi daging, susu atau pangan laut tanpa penggunaan antibiotik, dan kami memiliki sistim yang mendukung dan membuktikan hal tersebut. Kami harus mampu untuk mengumpulkan dan menggunakan secara strategis informasi penggunaan antibiotik di sektor veteriner di Australia.
Pada saat ini kami belum dapat melakukannya. Saat ini, kami sedang mengumpulkan data mengenai jumlah ton antibiotik yang diimpor, dan berdasarkan informasi tersebut, kami berupaya untuk mengkalkulasi di sektor-sektor mana saja antibiotik digunakan dan mengapa digunakan.
Kami memerlukan sistim monitoring penggunaan antimikroba yang dapat memberikan kepada kami rincian yang lebih dalam, karena saya berfikir hal ini tidak cukup baik kalau kami hanya berbicara tentang ‘jumlah ton di perbatasan’. Saya percaya bahwa kami harus mampu untuk menciptakan gambaran yang jauh lebih akurat mengapa antibiotik digunakan di tingkat peternakan dan di tingkat praktik veteriner.
Sistim surveilans kami juga harus mampu untuk melacak masalah AMR yang muncul (emerging) di populasi hewan dan secara mulus mengintegrasikannya dengan sistim surveilans pada manusia, sehingga perbandingan yang bermakna dapat tergambarkan. Saya percaya bahwa kami memerlukan ini bukan hanya untuk praktik-praktik hewan besar dan campuran, tetapi juga untuk praktik-praktik kuda dan hewan kecil. Hewan peliharaan di rumah kami berbagi makanan, ruang hidup, tempat tidur dan patogen.
Banyak di antara kamu, saya pastikan akan melihat infeksi bakterial resisten dibagi bersama antara pemilik hewan dan hewan peliharaannya. Hal ini menjadi suatu isu yang sulit dalam konteks regulasi.
Saya mengantisipasi bahwa tekanan untuk mengurangi penggunaan antimikroba akan terus berlanjut. Sejumlah negara-negara Eropa telah memisahkan antara antibiotik yang harus diberikan dengan peresepan dan antibiotik yang diberikan (dispensing) oleh dokter hewan, dengan dasar bahwa seorang dokter hewan yang mendapatkan keuntungan dari penjualan antibiotik tidak mungkin berfikir dua kali untuk memberikan melalui resep.
Ada suatu kebutuhan untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang perilaku pemberian resep di Australia. Ada sejumlah sejawat kami yang apabila memberikan resep antibiotik untuk dicampur ke dalam pakan, tidak hanya meresepkan jenis dan jumlah antibiotik yang akan digunakan, tetapi juga mendikte para manufaktur pakan bahwa mereka harus membeli antibiotik dari dokter hewan pembuat resep.
Jadi, kami masih mempunyai sejumlah dokter-dokter hewan yang melakukan perjalanan ke desa-desa di Australia yang menyediakan layanan pemberian obat, dan juga kami masih mempunyai peternakan-peternakan yang siap mengakses anitbiotik secara rutin tetapi tidak memiliki seorang dokter hewanpun di peternakannya selama bertahun-tahun. Hal ini bukanlah cara yang seharusnya kami lakukan dalam mengelola sistim produksi pangan yang bersih dan hijau.
Strategi AMR Australia
Pada tahun 2015, Australia meluncurkan suatu strategi nasional AMR dimana Chief Medical Officer dan saya sebagai ketua bersama (co-chair) dari kelompok penasehat. Ada tujuh tujuan strategi yang rankingnya sama, yang selaras dengan tujuan strategi seperti yang tercantum dalam Rencana Aksi Global WHO (WHO’s Global Action Plan) mengenai AMR.
Tujuan dari strategi adalah untuk meminimalkan pengembangan dan penyebaran AMR dan memastikan ketersediaan yang terus menerus dari antimikroba yang efektif, dan semua dokter hewan perlu menjadi bagian dari solusi.
• Mengedukasi klien mengenai ekspektasi mereka terhadap kebutuhan penggunaan antibiotik.
• Mengkaji ulang praktik-praktik peresepan, pemberian dan penatalaksanaan (seperti dapatkah antibiotik berspektrum sempit digunakan daripada antibiotik berspektrum luas dalam suatu kasus tertentu?).
• Menjadi terbiasa dengan daftar peringkat menurut kepentingan nasional untuk membantu preservasi antibiotik yang kritikal untuk kesehatan manusia (contohnya: meminimalkan penggunaan cephalosporins generasi ketiga, yang merupakan satu dari beberapa terapi yang tersedia untuk infeksi Salmonella dan E. coli yang serius, terutama pada anak-anak).
• Menggunakan pedoman terapeutik yang telah dipublikasikan apabila hal ini tersedia.
• Menggunakan kultur dan uji sensitivitas untuk menargetkan pengobatan suatu penyakit atau suatu kondisi, yang akan memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian penggunaan antibiotik secara empiris.
• Mengaplikasikan standar-standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Infection Prevention and Control) di peternakan dan di klinik.
• Menggunakan rencana-rencana bosekuriti untuk membantu mengurangi kejadian penyakit dan mencegah penyebaran infeksi antar hewan, sehingga mengurangi kebutuhan akan pengobatan antibiotik.
Pengawasan antimikroba: inisiatif kunci
Suatu pilar kunci dari strategi nasional Australia adalah penatalayanan antimikroba (antimicrobial stewardship). Hal ini telah menjadi keputusan OIE pada Sidang Umum bulan Mei 2017 dimana rekomendasi-rekomendasi yang dibuat menyangkut sekitar hal-hal sebagai berikut:
• mengurangi kebutuhan untuk penggunaan antibiotik melalui biosekuriti dan higiene yang lebih baik dan mendorong pengembangan vaksin
• mempromosikan penggunaan antimikroba yang bijak, yang meliputi peresepan dan pemberian oleh dokter hewan yang telah dilatih secara baik atau oleh seseorang yang diberikan kewenangan karena telah mendapatkan pelatihan yang sesuai
• meningkatkan pendidikan kedokteran hewan dengan memasukkan AMR dalam kurikulum inti dan dalam pengembangan profesional berkelanjutan baik untuk dokter hewan maupun paramedik veteriner
Department of Agriculture and Water Resources Australia telah berikhtiar untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resistensi antimikroba dengan menyelenggarakan acara-acara meja bundar bertemakan AMR dengan para pemangku kepentingan di pertanian dan juga membangun webpage khusus AMR.
Australia juga secara aktif berpartisipasi dalam Minggu Sadar Antibiotik (Antibiotic Awareness Week) yang diselenggarakan setiap tahun, yang berhubungan dengan acara-acara global yang dilaksanakan oleh WHO dan OIE.
Saya ingin mendorong seluruh dokter hewan untuk berfikir bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam memerangi melawan AMR dan bagaimana mereka mungkin dapat memainkan peran dalam penatalayanan AMR. Kami telah memiliki sejumlah contoh yang baik dari industri dan dari profesi veteriner seperti:
• pilot-pilot studi yang dilaksanakan atau masih sedang berlangsung di industri babi, industri daging unggas dan industri salmon (suatu pilot surveilans AMR akan segera dimulai untuk telur ayam)
• Studi-studi surveilans AMR pada sapi dan daging domba (didanai oleh Meat & Livestock Australia)
• kelompok penatalayanan (stewardship group) antimikroba yang dibentuk dengan industri babi, industri daging unggas dan industri feetlot
• penelitian yang masih sedang berlangsung mengenai isolat-isolat AMR dari mastitis coliform klinis pada sapi perah dan pada ayam belakang rumah.
Saya juga ingin mengakui peran 'leadership' dari Australian Veterinary Association (AVA) dalam mempromosikan penatalayanan penggunaan antimikroba pada hewan di Australia. Suatu contoh yang pernah dilakukan yaitu ujicoba program penatalayanan yang dilaksanakan tahun lalu dengan para praktisi hewan kesayangan di Canberra.
Perang melawan AMR merupakan satu dari lima prioritas strategi kunci dari AVA dan Asosiasi mempromosikan sejumlah inisiatif dalam penatalayanan antimikroba ke profesi veteriner.
AVA juga menyediakan lembaran fakta (factsheets) dan pedoman mengenai penggunaan veteriner antibiotik yang kritis untuk kesehatan manusia dan pedoman untuk peresepan, otorisasi dan pemberian obat veteriner.
Meskipun pedoman peresepan antibiotik berdasarkan bukti (evidence-based) untuk anjing dan kucing telah tersedia, akan tetapi AVA, industri dan Pemerintah Australia juga akan berkolaborasi untuk mengembangkan pedoman cara-cara yang baik mengenai peresepan antibiotik untuk ternak (termasuk babi) dan kuda.
Dunia menghadapi masalah-masalah yang mengarah pada penyakit-penyakit infeksius yang baru muncul (emerging infectious diseases), resistensi antimikroba (AMR), kemiskinan dan kerawanan pangan.
Saya percaya bahwa para dokter hewan tidak hanya mampu tapi juga harus membuat suatu kontribusi signifikan dalam mencari solusi terhadap isu-isu tersebut, dan bekerja bersama dengan sejawat kami dari disiplin ilmu lain. Tidak pernah sebelumnya ada kontribusi potensial dari para dokter hewan dalam menghadapi masalah-masalah dunia yang begitu beragam, kompleks dan berpotensi untuk dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak.
Ada banyak kesempatan yang tersedia saat ini maupun di masa depan bagi dokter-dokter hewan yang pekerjaannya signifikan dan menarik, di luar dari stereotipe yang dikenal selama ini sebagai dokter hewan praktik swasta.
Kami menghadapi suatu tantangan masa depan dan saya percaya bahwa seluruh dokter hewan di negara kami Australia bersikap kritis untuk berupaya mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

0 Komentar: