Oleh: Tri Satya Putri Naipospos
African swine fever (ASF) yang disebabkan oleh virus African swine fever adalah suatu penyakit hemoragik dan seringkali fatal yang menyerang babi domestik dan babi hutan liar. Penyakit ini wajib dilaporkan (notifiable disease) ke Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE).
Pada tanggal 3 Agustus 2018, China melaporkan adanya wabah ASF pertama di Shenyang, suatu kota di wilayah timur laut China. Pada bulan Oktober 2018, jumlah wabah mencapai 33 yang dilaporkan di 8 provinsi di China, wilayah produsen dan konsumen daging babi terbesar di dunia (Wang T. et al., 2018). Pada bulan September 2019, total ada 158 wabah ASF yang terdeteksi di 32 provinsi/wilayah otonomi/kota/wilayah administratif khusus (FAO, 2019).
Pada tanggal 1 Februari 2019, Vietnam melaporkan adanya wabah ASF pertama di suatu peternakan babi belakang rumah di Provinsi Hung Yen. Peternakan tersebut hanya terdiri dari 20 ekor babi, berjarak + 50 km dari Hanoi dan 250 km dari perbatasan China. Sampai saat ini, total ada 6.083 wabah yang dinotifikasi di 63 wilayah administratif dan belum ada satupun dari wabah tersebut berhasil terselesaikan (Le V. P., 2019).
Gejala klinis
Selama gejala klinis berlangsung, babi mengalami demam 41-42°C, nampak kekuningan, kesulitan bernafas, dan babi terlihat enggan untuk melakukan aktivitas. Beberapa babi mengeluarkan darah, mengalami inkoordinasi, dan tanda-tanda neurologis seperti kejang, cenderung berbaring saja dan kaki menunjukkan gerakan seperti mendayung.
Gejala klinis dan temuan nekropsi dari babi-babi yang mengalami wabah di Vietnam pada tahun 2019 mirip dengan yang disebabkan oleh strain virus di China dan Georgia (seperti: tingkat kematian yang tinggi dalam kurun waktu pendek dan lesi-lesi multifokal
hemoragik di banyak organ). Meskipun demikian, bentuk klinis dan patofisiologis dari ASF bervariasi menurut virulensi virus, dosis pendedahan, dan rute penularan (Le V. P., 2019).
Meskipun sekuens virus ASF di China sangat homolog dengan strain Georgia 2007/1, tetap menjadi misteri darimana dan bagaimana virus ini bisa masuk ke China. Ada spekulasi bahwa penyakit ini mungkin diintroduksi dari negara di wilayah Eropa Timur yang tertular ASF melalui daging babi atau jeroan yang diselundupkan (Ge S. et al., 2018; Li X., and Tian K. 2018; Wang T. et al., 2018).
Melihat gambaran epidemiologi di lokasi dimana ASF terjadi, virus diasumsikan dapat mencapai Vietnam melalui babi hutan liar yang terinfeksi, lalu lintas babi dan produk daging babi, atau fomit[1] yang terinfeksi. Sumber utama yang paling mungkin dan penyebab utama penularan ke seluruh wilayah di Vietnam diasumsikan adalah akibat produk daging babi yang terkontaminasi virus ASF. Wabah dikonfirmasi terjadi di bagian utara negara, dekat China, dimana banyak kejadian lalu lintas hewan dan produk daging yang ilegal di sepanjang perbatasan China-Vietnam. Karena itu sangat mungkin virus berasal dari China (Le V. P., 2019).
[1] penularan agen infeksi secara tidak langsung melalui benda mati.
0 Komentar:
Posting Komentar