Infovet, Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan - Edisi 229 Agustus 2013 (halaman 70-72)
Tri Satya Putri N. Hutabarat
Direktorat Jenderal Peternakan
1. PENDAHULUAN
www.davenicol.com |
Selama dasawarsa terakhir ini, negara-negara maju memperoleh kemajuan yang berarti dalam pengembangan teknik-teknik analisa ekonomi yang digunakan dalam perencanaan maupun evaluasi program-program kesehatan hewan. Dalam tahun-tahun belakangan ini ekonomi veteriner semakin populer dan meningkat penggunaannya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Setiap program kesehatan hewan selalu dikaitkan dengan bobot keuntungan yang diperoleh baik bagi peternak maupun bagi ekonomi nasional. Penerapan analisa ekonomi sangat membantu di dalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan skala prioritas maupun strategi pengendalian suatu penyakit. Suatu prinsip ekonomi yang berlaku di semua bidang adalah bagaimana para pengambil keputusan dapat menekan pengeluaran dana sekecil mungkin akan tetapi dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Di masa lalu, keputusan di bidang kesehatan hewan hampir semua didasarkan atas data teknis yang menyangkut aspek kedokteran hewan murni. Akan tetapi profesi kedokteran hewan telah berkembang sedemikian rupa sehingga setiap pengambilan keputusan harus selalu mempertimbangkan konsekuensi sosial maupun ekonomi yang timbul sebagai akibat dari keputusan tersebut. Oleh karenanya profesi kedokteran hewan masa kini tidak hanya merupakan suatu ilmu yang melayani per individu ternak dengan pendekatan klinis saja, akan tetapi telah dihadapkan pada wawasan ilmu yang lebih luas dan lebih kompleks. Malahan mencakup berbagai disiplin ilmu di luar bidang kesehatan hewan itu sendiri seperti ekonomi, sosial dan manajemen, statistika, matematika, perencanaan, sistem informasi, ilmu komputer dan lain-lain.
Mengingat begitu luasnya titik singgung dengan ilmu-ilmu yang lain maka ekonomi dalam kaitannya dengan kesehatan hewan tidak bisa terlepas dari ilmu yang lain tanpa saling mengisi satu sama lain. Seperti ekonomi veteriner perlu ditunjang oleh pengetahuan mengenai epidemiologi dan statistika. Epidemiologi adalah dasar utama yang melatarbelakangi perhitungan ekonomi yang dibuat, misalnya dalam menentukan parameter-parameter apa saja yang akan digunakan untuk menghitung kerugian akibat suatu penyakit tertentu, bagaimana perubahan parameter tersebut apabila dilakukan usaha pengendalian penyakit dan lain sebagainya. Ini tentunya menuntut suatu keahlian dari para dokter hewan untuk mengetahui dan mempelajari epidemiologi dari suatu penyakit sebaik-baiknya, sehingga analisa ekonomi yang dilakukan selalu mengikuti sifat dan karakteristik dari setiap penyakit. Begitu juga statistika sangat diperlukan dalam analisa ekonomi terutama dalam pengumpulan data yang benar sehingga menghasilkan analisa yang dapat dipercaya.
2. PENDEKATAN EKONOMI TERHADAP BIDANG VETERINER
Kalau kita berbicara tentang peningkatan bidang kesehatan hewan, ini berarti menyangkut soal keuntungan yang diperoleh dari produksi ternak dan hasil ternak baik bagi produsen maupun konsumen. Keuntungan bagi produsen berarti peningkatan produktivitas dan laba tinggi,sedangkan bagi konsumen berarti kualitas baik dengan harga yang rendah.
Di Indonesia pada saat ini telah dijalankan bermacam-macam usaha untuk mengatur sumber-sumber yang ada dalam usaha meningkatkan bidang kesehatan hewan. Akan tetapi dirasakan adanya tantangan yang makin mendesak untuk membuat prioritas yang lebih tepat dan lebih mengenai sasaran, sehingga dana yang ada dapat dialokasikan pada program-program kesehatan hewan yang jauh lebih menguntungkan. Untuk menghadapi tantangan ini dibutuhkan suatu pendekatan baru yang diharapkan dapat mengatasi masalah pembangunan peternakan dewasa ini terutama masalah peningkatan produksi ternak dan hasil ternak.
Lebih jauh lagi dapat dikemukakan bahwa terdapat kompetisi yang cukup ketat di segala sektor ekonomi nasional. Apalagi program-program kesehatan hewan membutuhkan sumber-sumber dana yang cukup dalam pelaksanaannya, adalah suatu tugas profesi kedokteran hewan untuk dapat memberikan keyakinan kepada pihak-pihak lain terutama sekali pihak yang mengelola sumber dana, seberapa jauh dana kesehatan hewan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dan dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan apabila dana tersebut dialokasikan pada bidang lainnya.
Mengingat hal-hal yang telah dikemukakan, sudah saatnya bagi kita di Indonesia untuk mulai memikirkan suatu prinsip-prinsip dasar kesehatan hewan dengan pendekatan ekonomi yang dapat digunakan untuk membangun suatu sistem produksi yang sanggup diterima dan dijalankan oleh para petani peternak. Untuk melaksanakan ini tentunya tidak mudah oleh karena cara pemikiran tradisionil masih sulit diubah dan kunci ke arah pemikiran modern belum ditemukan. Untuk itu sistem produksi haruslah dipilih dari beberapa alternatif yang mampu meningkatkan industri peternakan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak per individu.
Masalah kesehatan hewan tidak lagi dipandang sebagai suatu masalah terpisah akan tetapi harus dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem yang lebih luas yaitu pembangunan peternakan dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian dan ekonomi nasional. Tidak hanya masalah kesehatan hewan yang berubah secara alamiah, akan tetapi setiap bagian dari sistem tadi akan bergerak menuruti waktu. Pergerakan ini perlu diikuti setiap pengembangan profesi kedokteran hewan dan malahan jalan pemikiran haruslah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
Perhatian utama dari profesi adalah pengamanan ternak maka untuk itu perlu disadari bahwa setiap tahap dalam pembangunan peternakan memerlukan bentuk pelayanan kesehatan hewan yang disesuaikan dengan tahapan yang ada dan setiap industri peternakan yang berbeda memerlukan strategi yang berbeda pula.
Apabila prinsip-prinsip tersebut diatas sudah dapat diterapkan dan dihayati, maka prioritas program-program kesehatan hewan dapat lebih terarah, terkait dengan sistem yang lebih luas serta sejalan dengan upaya peningkatan kesehatan dan kesjahteraan masyarakat.
Mengapa ekonomi veteriner menjadi penting akhir-akhir ini? Seperti juga di bidang-bidang lainnya kecepatan perubahan setiap bidang sedemikian pesatnya sehingga apabila bidang kesehatan hewan tidak mengikuti kecepatan perubahan ini, maka suatu saat keadaan yang rawan akan timbul dimana kesehatan hewan tidak lagi dapat dipertahankan sebagai aspek yang penting di dalam program-program peternakan secara keseluruhan.
3. MANFAAT APLIKASI EKONOMI VETERINER
Beberapa negara maju sudah banyak melakukan perhitungan kerugian ekonomi nasional akibat penyakit ternak. Di Australia sebagai negara dimana bidang peternakan maju pesat telah dikembangkan teknik-teknik analisa ekonomi sehingga para perencana dapat menetapkan bahwa dana yang telah ditanamkan di bidang kesehatan hewan pada umumnya akan menghasilkan keuntungan sebesar 5 – 15 kali dari investasi (Morris R.S., 1983).
Menghitung kerugian suatu penyakit belumlah dapat membantu melakukan pengambilan keputusan akan tetapi dapat dipakai untuk menentukan urut-urutan penyakit menurut kepentingan ekonominya.
Suatu penyakit A menimbulkan kerugian 10 milyar. Untuk mengurangi sebesar 3 milyar dibutuhkan biaya pengendalian sebesar 2 milyar. Sedangkan penyakit B menimbulkan kerugian 6 milyar, dengan biaya pengendalian penyakit sebesar 0,1 milyar dengan efektivitas pengendalian sama dengan penyakit A yaitu 50%, dapat mengurangi kerugian sebesar 2,4 milyar. Apabila efektivitas dipertinggi menjadi 90% berarti biaya meningkat menjadi 0,5 milyar maka pengurangan kerugian dapat menjadi lebih besar lagi yaitu 4,0 milyar.
Dari contoh diatas dapat dilihat meskipun kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit A lebih besar dari penyakit B, akan tetapi program pengendalian penyakit B lebih layak dijalankan dibandingkan dengan program pengendalian penyakit A oleh karena keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar. Jadi informasi kerugian ekonomi akibat penyakit adalah suatu usaha penting yang dapat dipergunakan untuk memulai bagaimana strategi yang akan diambil dalam menjalankan program-program kesehatan hewan.
Menghitung komponen keuntungan dari suatu program pengendalian penyakit jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan dengan dengan menghitung biayanya. Hal ini disebabkan karena komponen keuntungan terdiri dari keuntungan yang finansial dan non-finansial serta kategori keuntungan-keuntungan lainnya yang merupakan akibat langsung maupun tidak langsung dari suksesnya suatu program.
Sebagai contoh diambil program pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang dijalankan di Indonesia. Kategori keuntungan yang bisa diperoleh apabila program pengendalian PMK berhasil dilaksanakan adalah keuntungan finansial dari meningkatnya produktivitas ternak, berupa meningkatnya berat badan, naiknya produksi susu, naiknya harga satuan ternak dan lain sebagainya yang kesemuanya dapat dihitung secara kuantitatif. Sedangkan keuntungan non-finansial yang sulit dihitung secara kuantitatif dan sifatnya sosial yaitu misalnya jadwal panen yang tidak terganggu oleh karena tenaga kerja ternak cukup, arus lalu lintas ternak terbuka sebagai akibat bebasnya suatu wilayah dari PMK dan lain sebagainya. Keuntungan tidak langsung dari program pengendalian PMK bisa disebutkan lagi seperti terbukanya kemungkinan ekspor keluar negeri serta keuntungan-keuntungan lain yang cukup memberi arti ekonomis bagi masyarakat. Kesemuanya ini memberikan pengaruh beruntun meskipun sulit dihitung secara kuantitatif akan tetapi nyata dan dapat dirasakan.
Contoh lain yang lebih ekstrim betapa rumitnya menghitung keuntungan, misalnya dalam program pengendalian rabies yang merupakan penyakit yang sifatnya zoonosis. Keuntungan finansial yang dapat dihitung adalah biaya program pencegahan rabies baik itu biaya vaksinasi maupun biaya operasi penangkapan dan pembunuhan anjing-anjing liar dapat ditekan sekecil mungkin. Keuntungan sosial yang sangat nyata berpengaruh adalah timbulnya rasa tentram dalam hidup masyarakat dengan berkurangnya bahaya rabies.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bagaimana manfaat aplikasi ekonomi di bidang veteriner terutama di dalam membantu para pengemban profesi kedokteran hewan melakukan perencanaan, di lapangan berdasarkan gambaran besarnya kerugian, biaya maupun tingkat keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan program yang ditawarkan.
4. TEKNIK-TEKNIK ANALISA EKONOMI
Seperti telah disingung di atas, analisa ekonomi perlu ditunjang oleh data epidemiologis. Penilaian terhadap bobot analisa yang dibuat bergantung kepada bobot epidemiologi yang ditelaah. Begitu juga untuk dapat memahami teknik secara keseluruhan maka pengertian atau istilah-istilah ekonomi haruslah dipahami terlebih dahulu.
Dibawah ini diuraikan secara singkat 3 (tiga) teknik analisa ekonomi yang dapat digunakan di bidang kesehatan hewan sebagai berikut:
1. Budgeting
Teknik ini pada prinsipnya merupakan analisa yang memperhitungkan seluruh anggaran yang menyangkut biaya (cost) maupun pendapatan (returns) yang diperoleh dari hasil pelaksanaan program pengendalian penyakit. Teknik ini dapat diterapkan untuk analisa suatu penyakit atau sindrom penyakit tertentu. Hanya hal-hal yang merupakan pengaruh langsung dari program diperhitungkan dalam analisa ini. Analisa mempertimbangkan kemungkinan apabila penyakit terjadi (atau tidak terjadi) selama program dilaksanakan.
2. Gross margin analysis
Teknik ini diterapkan untuk analisa ekonomi di tingkat perusahaan atau sejumlah peternakan tertentu, dengan mempelajari pengaruh dari program pengendalian penyakit terhadap berbagai aspek dari perusahaan atau sejumlah peternakan tersebut. Gross margin dari suatu perusahaan adalah pendapatan perusahaan tersebut (gross income) dikurangi seluruh biaya yang diperlukan menurut kebutuhan (variable cost), seperti biaya makanan ternak, biaya obat-obatan hewan, tenaga kerja dan lain sebagainya. Gross margin pada umumnya dihitung per ekor atau per unit.
3. Benefit cost analysis
Pada umumnya teknik ini digunakan untuk analisa program pengendalian penyakit yang sifatnya lebih luas baik itu regional maupun nasional dan berlangsung selama periode tertentu untuk bisa mencapai hasil yang optimum. Teknik ini lebih kompleks karena bukan saja menyangkut variabel yang begitu banyak tetapi juga menentukan keseluruhan komponen biaya maupun keuntungan yang diperoleh pada periode pelaksanaan program maupun sesudah program dilaksanakan. Analisa ini digunakan sebagai indikator untuk menilai diterima atau tidaknya suatu proyek yang diajukan.
Teknik pertama dan ke-2 pada umumnya dipakai untuk analisa program-program pengendalian penyakit yang dilaksanakan pada suatu perusahaan tertentu atau sejumlah peternakan sampel di wilayah tertentu.
Ke-2 teknik ini dikenal dengan istilah analisa MIKROEKONOMI dimana analisa hanya menyangkut produsen maupun konsumen per individu serta pengaruh timbal balik yang timbul. Sedangkan teknik ke-3 dikenal dengan istilah analisa MAKROEKONOMI dimana analisa menyangkut ekonomi secara keseluruhan seperti pengelolaan pendapatan daerah maupun nasional, bahkan lebih jauh lagi menyangkut cadangan devisa negara, perdagangan internasional, pemasaran dan lain sebagainya.
6. KESIMPULAN
Dengan semakin berkembangnya bidang peternakan di Indonesia maka sudah saatnya pendekatan ekonomi terhadap bidang veteriner dikaji secara lebih mendalam untuk mengukur sampai seberapa jauh kesehatan hewan memberikan andil dalam pembangunan peternakan. Adalah suatu pengembangan profesi apabila seorang dokter hewan di masa depan bukan hanya bergumul dengan masalah penyakit hewan, akan tetapi diharapkan dapat menjadi tenaga ahli di bidang epidemiologi dan ekonomi veteriner untuk dapat memberikan jawaban atas dasar penilaian sosio-ekonomi terhadap tantangan dan masalah-masalah peternakan masa kini dan masa mendatang. Untuk itu menambah pengetahuan adalah perlu dimana ekonomi veteriner bersama-sama dengan disiplin ilmu yang lain secara simultan dapat membantu meningkatkan kemampuan seorang dokter hewan di dalam menjalankan profesinya.
Referensi:
Morris R.S. (1983). Economic analysis of animal health programs in Australia. OIE Technical Series, Vol. 3, p. 301-314.
0 Komentar:
Posting Komentar